Minggu, 21 Februari 2010

Mengapa harus takut pada ACFTA?

Judul posting di atas juga merupakan judul karya ilmiah populer pertama yang saya kirim ke panitia lomba karya ilmiah di kampus.

hasilnya lumayan sih..saya dapat juara harapan 2. Bener-bener surprise aja karena sebelumnya belum pernah ikutan lomba sejenis.Sayangnya juara 1,2,3 dinyatakan tidak ada. Kemungkinan karena isinya gak memenuhi kaedah penulisan karya ilmiah kali yaa...hehehe..

Tapi, seperti yang udah saya bilang di awal-awal, tujuan saya ikutan lomba ini adalah untuk menyampaikan opini supaya bisa didengar para expert di kampuss (duilaaahhh...hehe)..

Ide awalnya muncul dari banyaknya demo yang menentang dilakukannya ACFTA di Indonesia, karena dianggap bisa bikin produsen lokal kalang kabut dan bangkrut. Emang bener siihhh... tapi mau sampai kapan kita menolak kesempatan berkembang cuma gara-gara takut ini-itu??

emang sih kalau ACFTA ato ASEAN-China Free Trade Area ini diberlakukan, bea impor produk China ke Indonesia juga bakalan lebih murah bahkan tanpa bea. Otomatis produk China di Indonesia yang udah murah, bakalan bisa lebih murah lagi. Bahaya memang ada dari situ. Tapi jangan lupa, barang ekspor kita yang dikirim ke China juga bakalan lebih murah bea masuknya.. otomatis kita juga akan diuntungkan.

Sekarang inti masalahnya apa sihhh??

Gini loh kawan-kawan...Kan produk China udah banyak nih menguasai pasar Indonesia. Liat saja!! Motor, alat elektronik, peniti, sampai ke jepit rambut segala, banyak yang dari China dan harganya murah. Otomatis permintaan bertambah dan kita nilai impor kita terhadap barang China itu meningkat.. Menurut hukum MakroEkonomi, pendapatan nasional kita bakalan turun kalau impor melebihi ekspor.. Nah, ACFTA ini dikhawatirkan bakalan mendorong permintaan impor. Untuk mengatasinya, kita harus menjaga jangan sampai hal itu kejadian beneran.. Jangan sampai impor gila-gilaan, tapi cuma sedikit produk lokal yang kita ekspor.

Itulah poinnya. Kita harus melakukan strategi supaya impor dapat ditekan, minimal diimbangkan dengan ekspor!!!

Terus bagaimana caranya???

Opini saya, seperti yang juga saya tuliskan di karya ilmiah, ada 3 hal penting yang bisa dan semestinya dilakukan Indonesia:

 Yang pertama, dengan EDUKASI. Edukasi ini berupa ajakan supaya masyarakat lebih mencintai dan MEMAKAI PRODUK LOKAL. Ini penting dilakukan sesegera mungkin sebagai langkah awal untuk mengimbangi banyaknya produk China yang beredar murah di pasaran, jika ACFTA jadi dilaksanakan. Bayangin aja kalo edukasi dan ajakan MEMAKAI PRODUK LOKAL ini gak dilakukan. Masyarakat gak akan sadar dan akan terus terlena dengan murahnya produk China, sementara produk lokal sepi pembeli. Kalau produk lokal sepi pembeli, produsennya bakalan bangkrut donk! Nah kalau produsennya bangkrut, dia bakalan beralih jadi pedagang atau distributor produk China! Kalau semua produsen begitu, konsumen Indonesia bakalan bergantung banget sama produk China. Dengan demikian, kendali asing bakalan menyetir perekonomian Indonesia. Ujung-ujungnya perekonomian Indonesia bakalan goyah dan rentan jatuh. Hiiiiyyy SERAMM!!! Untuk itulah, kita perlu sadar, dan saling menyadarkan untuk kembali mengonsumsi produk lokal. Lagipula, produk lokal banyak yang lebih bagus kok kualitasnya.

Yang kedua, perlu dilakukan INOVASI DAN PENINGKATAN PRODUKSI. Nah, sambil edukasi berjalan dan kesadaran masyarakat untuk memakai produk lokal sedang dipupuk, produsen juga harus sesegera mungkin berinovasi dan meningkatkan produksi. Inovasi di sini, maksudnya adalah memproduksi barang yang up date dengan kebutuhan manusia jaman sekarang. Kita harus cepat tanggap "barang apa sih yang sekarang lagi dibutuhkan orang-orang??". Contoh gampangnya gini deh.. Waktu Blackberry muncul pertama kali di pasaran dengan silikonnya yang warna-warni, sepertinya China langsung nangkep peluang deh. Buktinya, coba tengok ke toko si engkoh. Hampir semua silikon warna-warni BB di sana bertuliskan "Made in China" di belakangnya. Hebatnya kejelian negeri tirai bambu emang perlu diacungi jempol. Setiap ada barang baru muncul, beberapa bulan kemudian akan ada pula tiruan identiknya dari China.

Indonesia mestinya juga begini. Harus inovatif membuat produk. Pertama-tama sih, yang sesuai kebutuhan dan permintaan pasar lokal aja dulu, baru deh merambah ke luar negeri.

Aduhh...gak kreatif dan inovatif nihhh...!!

Mungkin itu yang banyak dipikirkan produsen. Weittss... tenang aja. Sekarang jamannya udah berubah. Mungkin kita gak inovatif atau lagi kehabisan ide.., tapi inget!! Masih banyak orang-orang di luar sana yang idenya seabreg-abreg. Dan sepesekian dari mereka ditampung ide inovatifnya dalam ajang Djarum Black Innovation Awards. Seperti yang saya tulis di karya ilmiah juga, Black Innovation Awards (BIA) ini contoh yang bagus banget karena di dalamnya tertampung ide produk inovatif yang bisa diproduksi masal. Jadi, para produsen bisa bekerjasama dengan para pencetus idenya. Siapa tahu produk itu laku di pasaran dan malah bisa diekspor ke negara-negara yang sesuai.

Salah satu contoh menarik yang saya tuliskan di karya ilmiah, adalah produk MULTICLOSET dari Ana Ningsih. Walaupun dia tidak menang, tapi idenya cukup brilian untuk direalisasikan di Indonesia. Multicloset ini berbentuk kloset duduk yang juga bisa dipakai sebagai kloset jongkok. Kalo kita perhatikan, banyak closet di mall yang ada bekas sepatunya, atau ada tulisan "JANGAN JONGKOK DI ATAS CLOSET!!" Ini menandakan kalau sebagian besar orang Indonesia memang belum biasa duduk di atas closet duduk. Nah, dengan adanya MULTICLOSET ini, diharapkan masalah duduk-jongkok di atas closet bisa diatasi. Kalo mau tau lebih rincinya, klik aja di
http://www.blackinnovationawards.com/contestant.php?page=details&year=2008&finid=42 

Ini baru salah satu contoh ide produk inovatif. Masih banyak ratusan ide lainnya di Black Innovation Awards yang bisa dimanfaatkan produsen untuk memproduksi produk yang inovatif dan bernilai guna ..

Yang ketiga, Indonesia boleh juga nih mencontek strategi China dalam menjadi negara produsen dan pengekspor terbesar di dunia. Antara lain dengan mengaktifkan dan mengembangkan UKM dan mendorong jiwa wirausaha mulai dari usia dini. Agar ke depannya, kita bisa terbiasa menjadi entrepreneur dan bukan terus-terusan jadi orang kantoran.

Selain berwirausaha, China melakukan juga pelemahan nilai mata uang yuan terhadap mata uang asing. Ini membuat harga produk ekspor China menjadi lebih murah dan diminati di negara lain, sedangkan harga produk impor di China menjadi lebih mahal. Nah, berdasarkan strategi ini, saya berpikir kenapa tidak kita melemahkan nilai mata uang terhadap yuan, supaya harga barang impor China di Indonesia menjadi naik atau minimal sama dengan harga produk lokal. Dengan samanya harga produk China, masyarakat tentu tidak lebih beralih pada produk China itu. Bener ga sihh??

Yah..kira-kira beginilah inti hal yang tertulis di karya ilmiah populer saya itu. Sebenarnya masih ada satu strategi lagi.. Berhubungan dengan dunia teknologi informasi.. Tapi berhubung saya udah ngantuk, ceritanya kita sambung lagi nanti ya teman-teman...xixixi^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar